Tugas Rangkuman Softskill
Bahasa Indonesia 2
Dosen : Sangsang Sangabakti
Nama/NPM : Claudy Nindy/11113957
Kelas : 3KA09
Bahasa Indonesia 2
Dosen : Sangsang Sangabakti
Nama/NPM : Claudy Nindy/11113957
Kelas : 3KA09
PILIHAN
KATA(DIKSI)
Pilihan
kata (diksi) pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk
dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata bukanlah sekedar
kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok
dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks dimana kata itu berada, dan
maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakaianya. Pengertian
Diksi dan Contohnya Lengkap Tidak semua orang dapat mengungkapkan perasaan atau
gagasan dengan bahasa yang tepat atau baik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
penguasaan pembendaharaan kata seseorang. Semakin banyak kosakata yang dimiliki
seseorang maka pemilihan kata dalam bahasa akan semakin baik guna menyesuaikan
bahasa yang akan digunakan dalam kehidupan.
Ada begitu banyak kata
dalam bahasa indonesia, beberapa kata memiliki makna yang sama seperti aku,
sama, gue, dan lain sebagainya. Kata-kata tersebut memiliki makna yang sama
namun kesan yang dimiliki sangat berbeda-beda. Tentu pemilihan kata ini
dilakukan dengan memperhatikan kondisi dimana ia berbicara atau sedang
berbicara kepada siapa. Pemilihian kata ini dikenal dengan istilah DIKSI.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi
adalah pemilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaanya sehingga dapat
memberikan kesan atau makna dan efek sesuai dengan harapan. Adapun fungsi diksi
ialah:
• Mudah dipahami. Pemilihan diksi yang tepat dan
selaras akan memudahkan pembaca atau pendengar lebih mudah dalam memahami arti
kata atau makna kalimat atau gagasan yang hendak ingin disampaikan.
Pemilihan diksi dilakukan dengan memperhatikan situasi yang sedang
berlangsung.
Misal dalam menulis buku
cerita yang memiliki tujuan anak-anak remaja sebagai sasaran pembaca, maka
gunakanlah kata-kata sederhana yang mudah dipahami dengan demikian pesan moral
yang ingin disampaikan akan sampai pada hati pembaca. begitupula misalnya saat
rapat yang mana suasana adalah formal maka gunakan kata-kata yang baku, sesuai
aturan EYD. Dengan demikian, hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihilangkan.
• Mendapatkan tujuan. Dengan menggunakan diksi
yang tepat, maka peluang untuk mendapatkan tujuan lebih besar, Hal ini karena
komunikasi yang berlangsung sangat efektif selain itu pemilihan kata yang
sesuai dengan suasana resmi ataupun tidak resmi akan menciptakan ekspresi
tertentu yang dapat menyenangkan pendengar atau pembaca.
Kata yang digunakan menunjukkan makna yang ingin
diutarakan. Namun demikian, seringkali kata yang digunakan memiliki arti yang
berbeda dengan makna itu sendiri. oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk
menggunakan diksi yang akan digunakan, maka harus pembicara atau penulis harus
memahami makna dan relasi kata. Menurut Chaer, makna kata dapat dibedakan
menjadi:
a. Makna denotasi dan Makna konotasi
Merupakan denotasi merupakan makna yang
sesungguhnya yang sesuai dengan pengertian kamus besar bahasa Indonesia.
Contoh: kata “miskin”, dalam pengertian denotasi artinya ialah keadaan seseorang
yang kurang dalam hal finalsial. Sementara itu makna konotasi yaitu makna lain
atau makna yang bukan sebenarnya yang mungkin hanya dapat dimengerti oleh
beberapa orang saja yang bersangkutan.
Contoh: kata “alarm” dalam kalimat, “ kamu
selalu datang tepat waktu, alarm jam kamu bagus”. Kata alarm dalam
kalimat tersebut merupakan kata konotasi untuk menunjukkan makna kata
“disiplin”. Kata konotasi yang bertujuan untuk memuji disebut konotasi
positif sedangkan konotasi yang mengejek atau menyindir disebut konotasi
negatif.
b. Makna leksikal dan makna gramatikal
Yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi
atau yang memang nyata dalam kehidupan. Contoh: bakteri Salmonella sp.
Menyebabkan penyakit tipus. Sedangkan makna gramatikal yaitu makna kata yang
menyatakan makna jamak, menunjukkan suatu jumlah. Contoh: ada buku-buku baru di
perpustakaan. Artinya ialah banyak buku baru yang datang di perpustakaan.
c. Makna referensial dan nonreferensial
Yang dimaksud dengan makna referensial yaitu
kata yang mengacu atau menunjukkan kepada sesuatu. Contoh: buku biologi ada di
Rak no. 7. Kata “rak no.&” merupakan frase yang menunjukkan makna
referensial. Sedangkan makna nonreferensial adalah kebaikan dari kata
referensial. contoh: baru saja aku membaca buku itu, tetapi aku lupa meletakkannya.
Kata “tetapi” merupakan kata yang menunjukkan makna nonreferensial.
d. Makna konseptual dan makna asosiatif
Makna konseptual merupakan makna suatu kata yang
menunjukkan deskripsi kata tersebut. Contoh: pangeran pergi menunggang unta.
Kata “unta” memilki makna konseptual yaitu binatang gurun berkaki empat yang
dapat dijadikan sebagai alat transportasi. Sedangkan makna asosiasi merupakan
makna kata yang menunjukkan hubungan yang terkait dengan kata tersebut. Contoh:
kata merah memiliki hubungan berani sedangkan kata merpati dihubungkan
(asosiasi) dengan kesetiaan.
e. Makna kata dan makna istilah
Makna kata akan terlihat jelas ketika kata
tersebut digunakan dalam sebuah kalimat. contoh: kata “dingin” dapat berarti
mengenai suhu atau cuaca, atau menunjukkan sikap seseorang. Sementara itu makna
istilah merupakan makna yang bersifat pasti atau mutlak. Hal ini karena makna
istilah hanya digunakan dalam bidang-bidang tertentu. Contoh: kata dingin di
atas jika digunakan dalam bidang ilmu pengetahan alam maka memiiki makna pasti
menunjukkan suatu suhu.
Advertisement
f. Makna kias dan lugas
Makna kias ialah kata atau frase yang biasa
digunakan untuk mengatakan makna secara tidak langsung. Biasa digunakan dalam
majas atau peribahasa. Contoh: jangan sampai terjerat lintah darat. Frase
lintah darat menunjukkan makna kias yang berarti adalah rentenir. Sedangkan
makna lugas adalah kebalikan dari makna kias. Artinya dalam makna lugas
terang-terangan menyebutkan makna yang sesungguhnya. Contoh: sepertinya hampir
semua pejabat negara adalah koruptor.
Dalam memilih diksi harus mempertimbangkan
kesesuaian dan ketepatan kata. Perhatikan syarat-syarat berikut untuk
menentukan kesesuaian diksi:
1. Hindari pengggunaan bahasa substandar dalam
situasi formal.
Bahasa standar ialah merupakan tutur bahasa yang
biasa digunakan oleh mereka kalangan menengah ke atas, atau yang
mengenyam pendidikan tinggi. Sementara itu, bahasa nonstrandar kebalikannya,
biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari orang umum.
2. Menggunakan kata ilmiah dalam kondisi
tertentu saja, selebihnya gunakan kata popular. Kata ilmiah merupakan kata yang
biasa digunakan dalam tulisan ilmiah atau kata yang jarang digunakan oleh
orang-orang awam, hanya kalangan tertentu saja yang menggunakan. Contoh, dalam
jurnal ilmiah menggunakan kata ilmiah. Sedangkan ketika berbca maka gunakanlah
kata popular, halini karena agar makna yang disampaikan dalam jurnal dapat
dimengerti oleh semua pendengar.
3. Hindari jargon yang dapat dibaca oleh publik.
Jargon merupakan kalimat atau frase dalam bahasa tertentu yang hanya dimengerti
oleh beberapa orang. Oleh karenanya dalam memilih kata hindari jargon karena
orang lain belum tentu memahaminya.
4. Hindari pemakaian kata – kata slang. Kata
slang merupakan kata non standar yang digunakan dalam percakapan dengan teman
sebaya. Pengunaan kata slang saat formal tentu tidaklah baik.
5. Hindari ungkapan-ungkapan yang telah usang
6. Hindari bahasa atau kata artifisial yaitu
rangkaian kata yang disusun secara kreatif untuk menimbulkan rasa seni. Contoh:
harum bunga mawar terberai terbawa angn sampai ke penciumanku.
7. Hindari penggunaan kata – kata atau kalimat
percakapan dalam penulisan. Hal ini karena kata- kata dalam percakapan
merupakan kata nonformal, sehingga tidak baik ketika digunakan saat menulis
hal-hal yang bernuansa ilmiah.
Berikut merupakan macam hubungan makna yang
terbentuk antar kata:
1. Sinonim. Merupakan kata – kata yang memiliki
kesamaan makna. Contoh: Pintar dengan pandai, kurus dengan langsing. Meski
memiliki kesamaan makna, kata-kata dalam sinonim memiliki kesan masing-masing
seperti halu atau kasarnya.
2. Antonim. Sekelompok kata yang memiliki makan
yang berlawanan dengan kata lain. Contoh: tinggi dengan pendek, pesek dengan
mancung, dan ainnya.
3. Polisemi merupakan kata yang menunjukkan
satuan bahasa yang dapat memiliki banyak makna. Contoh: anak asuh, anak tangga,
anak durhaka, anak sholeh. Dan lain-lain.
4. Hiponim merupakan makna kata yang tercakup
dalam kata lain. Contoh: melati merupakan hiponim dari bunga.
5. Hipernim merupakan kata yang mencakup kata
lain. Kebalikan dari hiponim. Contoh: bunga merupakan hipernim dari melati,
mawar, kenanga dan lain-lain.
6. Homonim merupakan sekelompok kata yang
memiliki kesamaan ejaan dan bunyi tapi memiliki arti yang berbeda. Contoh: (1) Hak
asuh anak jatuh kepda ibunya; dengan (2) wanita itu memakai sepatu berhak
tinggi. Pada kalimat pertama hak berarti kepemilikan sedangkan pada kalimat kedua
artinya bagian sepatu. Atau (1) ular ini mengeluarkan bisa yang sangat
berbahaya; dengan (2) kamu pasti bisa menghadapinya. Bisa pada kalimat pertama
artinya racun sedangkan bisa pada kalimat kedua artinya kemampuan.
7. Homofon merupakan sekelompok kata yang
memilikikesamaan bunyi namun ejaan dan arti berbeda. Contoh: (1) bulan ini saya
mendapat bunga bank sebesar 3% ; dengan (2) bang, pesen somay satu piring.
8. Homograf yaitu kata yang memiliki tulisan
sama namun bunyi dan arti berbeda. Contoh: (1) Saya sudah sampai di Serang, bu;
(2) andi diserang kawanan begal.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-diksi-dan-contohnya-lengkap.html