Senin, 31 Maret 2014

Pengaruh Budaya Asing Terhadap Remaja Indonesia (Karya Tulis IBD)


Tugas Rangkuman Mata Kuliah Softskill
Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Eka Patriadi
Nama : Claudy Nindy Zulkifli
Kelas/NPM : 1KA06/11113957


Pengaruh Budaya Asing Terhadap Remaja Indonesia

Sadarkah kita bahwa Indonesia sedang di jajah Bangsa AdiKuasa secara halus?? Apalagi sasaran utamanya adalah remaja kita, yang nanti menjadi penerus bangsa di masa depan. Apa yang akan terjadi dengan Indonesia nantinya??


Budaya asing masuk ke Indonesia membawa berbagai macam pengaruh, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Salah satu contoh yang dapat dilihat dari sisi negatif  kebudayaan asing yang datang ke Indonesia adalah gaya hidup orang asing ,mulai dari cara berpakaian sampai cara bergaul mereka. Namun ada pula contoh yang dilihat dari sisi positif,yaitu teknologi yang  dimiliki orang asing lebih maju daripada orang indonesia. Sering dan banyak sekali orang asing datang ke Indonesia karena ingin melihat keindahan alam yang dimiliki oleh Indonesia tapi secara tidak langsung mereka membawa kebiasaan yang dimiliki oleh orang asing,seperti pakaian yang mereka pakai. Orang indonesia  sekarang ini telah mengikuti cara berpakaian orang asing yang kurang sopan dan tidak seharusnya digunakan. Sehingga melupakan pakaian yang seharusnya dipakai oleh bangsa Indonesia. Hal itu berpengaruh dan berdampak buruk bagi orang Indonesia. Masih banyak lagi sisi negatif yang dimiliki yaitu, cara bergaul mereka yang terlalu bebas yang ditiru remaja kita menyebabkan banyak sekali penyimpangan norma di Indonesia.
Penampilan orang asing yang berambut pirang, bola mata dengan warna yang tidak biasa bagi orang Indonesia, postur tinggi, hal tersebut sebenarnya gen yang dimiliki oleh orang asing dan orang Indonesia berbeda, orang Indonesia menganggap itu semua sebagai suatu keindahan dan orang Indonesia meniru itu semua. Hal tersebut juga tidak baik karena, hal tersebut membuat kita tidak bersyukur dengan apa yang telah  diberikan Tuhan pada kita. Selain dilihat dari sisi negatif ada pula sisi positifnya, yaitu teknologi yang dimiliki oleh orang asing. Mereka memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih maju dari bangsa Indonesia.
Dengan adanya orang asing di Indonesia kita bisa mendapakan informasi  tentang teknologi dan kita bisa belajar lebih jauh, walaupun orang Indonesia memang masih tertinggal jauh dalam teknologi. Jadi dengan datangnya orang asing ke Indonesia mempunyai dampak negatif dan dampak positif.
Oleh karena itu kita khususnya remaja harus bisa memilih ,budaya yang seperti apa yang patut kita contoh dan budaya yang bagaimana yang sepatutnya kita tinggalkan.
1.      Dampak Yang Paling Menonjol
Pada era globalisasi ini budaya asing mudah sekali masuk ke Indonesia. Jika globalisasi diibaratkan dengan sebuah portal yang menghubungkan dunia ‘’Primitif’’ dengan dunia ‘’Modern’’, pastinya jika kita masuk kedalam portal tersebut akan terjadi perubahan yang drastis di segi manapun,baik positif maupun negatif . modern tidak akan ada apabila tidak ada modernisasi,yaitu hal yang mempengaruhi kehidupan seseorang untuk bersikap lebih modern dan mengikuti teori modern ini. Modernisasi sangat erat hubunganya dengan westernisasi yang bertugas untuk mengikuti keadaan kehidupan di negara barat, hal ini mendorong kita untuk bersikap konsumtif terlebih pada remaja yang umumnya masih labil.
Selain itu dampak yang paling menonjol di kalangan remaja ialah kurangnya sopan santun, lunturnya budaya asli, gaya berpakaian, serta cara bergaul yang bebas.
Sebenarnya westernisasi sebagai salah satu budaya asing yang masuk ke Indonesia terjadi karena adanya pengaruh negara Adikuasa Super Power (negara yang paling berpengaruh di dunia ini, baik karena kebijakan politik luar negerinya ataupun kekuatan militernya ).
Tatanan dunia baru, untuk mengerjakan proyek ini negara barat yang mendukung kebijakan negara Adikuasa ingin menyebarkan persepsi sepihak mereka,terlebih lagi mereka menguasai teknologi, informasi dan komunikasi sehingga western mudah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Mereka mencoba memengaruhi masyarakat global dengan cara 6F 1C yakni : Finance (Memengaruhi keadaan keuangan di suatu negara) , Foods (Memengaruhi makanan dan minuman yang diarahkan ke makanan ala barat), Films (Memengaruhi perfilman di suatu negara dengan memasukkan unsur-unsur  kebudayaan yang bertentangan dengan identitas suatu bangsa), Fashion (Memengaruhi mode berpakaian disuatu negara mengikuti trend ala barat), Faith (Memengaruhi kepercayaan suatu bangsa dengan berdasarkan semangat gospel yaitu, semangat untuk menyebarkan agama yang mayoritas bangsa barat mempercayainya), Fricticion (Memengaruhi untuk menggeser nilai kehidupan dalambermasyarakat sehingga timbul sikap individualisme, acuh-tak acuh, dsb), dan yang terakhir adalah Complicting Ideologis (Memengaruhi ideologi suatu bangsa)
Oleh karena itu remaja adalah sasaran utamanya karena statusnya dalam masyarakt yang masih dianggap anak-anak tapi sudah dewasa namun belum dapat dikatakan dewasa ataupun tua. Perlu diingat bahwa tidak semua remaja bersikap atau mendapat pengaruh negatif, namun masih ada dan banyak remaja yang mulai sadar akan pentingnya kecintaan tehadap negara.
2.      Cara Menanggulangi Dampak  Negatif  Budaya  Asing
Budaya barat atau budaya asing saat ini berkembang pesat di Indonesia,baik yang bersifat positif dan negatif sangat mudah diterima masyarakat, khususnya generasi muda atau remaja. Para orang tua sangat khawatir atas perkembangan pergaulan remaja saat ini. Oleh karena itu, sebagai generasi muda yang baik kita hendaknya tidak mengikuti budaya barat yang berdampak negatif. Remaja yang tidak mengikuti perkembangan yang terjadi akan dianggap kuper atau tidak modern, tetapi remaja sekalian jangan takut karena tidak semua perkembangan yang ada berdampak baik. Berikut ini beberapa solusi atau cara mengatasi pengaruh budaya barat atau budaya asing yang bersifat negatif :
1)      Remaja seharusnya dapat memilah dan menyaring perkembangan budaya saat ini, jangan menganggap semua pengaruh yang berkembang saat ini semuanya baik, karena belum pasti budaya barat tersebut diterima dan dianggap baik oleh budaya timur kita.
2)      Para orang tua sebaiknya lebih mendekatkan diri kepada anaknya,dan berusaha menjadi teman untu anaknya sehingga dapat memberikan saran kepada anak dan anak pasti akan merasa lebih dekat kepada orang tuanya dan kan mengingat saran dari orang tuanya tersebut.
3)      Pemeritah lebih tegas terhadap peraturan, khususnya penyimpangan perilaku akibat pengaruh budaya asing.
4)      Masyarkat hendaknya membantu pemerintah, dalam menaggulangi perkembangan budaya barat atau budaya asing yang bersifat negatif.

Perbedaan Budaya Barat dengan Budaya Timur (Karya Tulis IBD)

Tugas Rangkuman Mata Kuliah Softskill
Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Eka Patriadi
Nama : Claudy Nindy Zulkifli
Kelas/NPM : 1KA06/11113957

Perbedaan Budaya Barat dengan Budaya Timur
 
 
 
Kebudayaan Barat adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara mamahami ilmu pengtahuan dan filsafat. Mereka melakukan berbagai macam cara diskusi dan debat untuk menemukan atau menentukan makna seperti apa yang sebenarnyamurni /asli dari kesadaran. Mereka banyak belajar dan juga mengajar yang awalnya datang dari proses diskusi dan perdebatan yang mereka lakukan. Melalui proses belajar dan mengajar, para ahli kebudayaan barat dituntut untuk pandai dalam berceramah dan berdiskusi. Hal itu dilakukan karena pada akhirnya akan banyak yang mengikuti ajarannya..

Kebudayaan Timur adalah kebudayaan yang cara pembinaan kesadarannya dengan cara melakukan berbagai macam pelatihan fisik dan mental. Pelatihan fisik dapat dicontohkan dengan cara menjaga pola makan dan minum ataupun makanan apa saja yang boleh dimakan dan minuman apa saja yang boleh di minum, karena hal tersebut dapat berpengaruh pada pertumbuhan maupun terhadap fisik. Sedangkan untuk pelatihan mental yaitu dapat berupa kegiatan yang umumnya/mayoritas dilakukan sendiri, seperti : bersemedi, bertapa, berdo’a, beribadah, dll.
Sedangkan jika di simpulkan ilustrasi perbedaan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur ada 19 item, yaitu:
1. Opini/Pendapat
Orang Timur cenderung berbelit-belit dalam hal berargumen, terkadang harus berputar-putar dulu untuk mengatakan sesuatu, padahal maksudnya/tujuannya tidak serumit yang dimaksud. Sangat berbeda dengan orang Barat, mereka langsung ke pokok masalah dan mereka nggak biasa basa-basi.

2. Waktu
Orang Timur terkenal kurang menghargai waktu kalau ada janji kadang tidak tepat waktu. Berbeda dengan orang Barat mereka sangat menghargai waktu, sebab mereka paling enggak suka kalau janji jam karet alias telat waktu.
3.Gaya Hidup.
Orang Timur khususnya Indonesia sangat senang kalau tetap deket sama keluarga, makan kaga makan yang penting kumpul. Berbeda dengan orang Barat mereka cenderung individualis.
4.Hubungan.
Karna orang Timur sangat bersosialisasi atau menjalin hubungan lebih komplek, makanya situs jaring Facebook ataupun Friendster lebih banyak diminati oleh orang Timur, khususnya Indonesia. Berbeda dengan orang Barat mereka lebih individualis/sangat jarang menjalin hubungan dangan orang lain.
5. Perayaan / pesta
Jika ada perayaan atau pesta orang Timur lebih suka mengundang orang sebanyak, mungkin kalau sedikit rasanya nggak afdol / (kaga sah kali ya), Contohnya dalam acara pernikahan, benar-benar pemborosan, berbeda dengan orang Barat, mau acara pernikahan saja undangannya lewat Fax. dan nggak semua orang diundang, cukup kerabat atau teman dekat, lebih sederhana dan nggak boros biaya.
6. Terhadap sesuatu yang Baru
Orang Timur kalau ada sesuatu yang baru, belum puas kalau belum sampai memilikinya, makanya nggak heran kalau orang Indonesia banyak yang konsumtive, punya handphone gonta ganti, bahkan ada yang koleksi HP, mobil tiap tahun gonta-ganti, hanya karena nggak mau ketinggalan model. Berbeda dengan orang Barat Barat kalau ada sesuatu yang baru, tidak serta merta keblinger pengen tahu dan pengen memiliki atau memakainya , hanya sekedar tahu saja..
7. Anak
Dikeluarga orang Timur terutama di Indonesia, perlakuan orang tua terhadap anak sudah sangat memanjakan, sehingga anak tidak mandiri, sampai usia dewasapun sang orang tua tetap masih aja ngurusin anaknya, dengan harapan keturunan mereka bisa lebih langgeng dan sukses. Berbeda dengan keluarga orang Barat, anak-anak mereka dididik supaya mandiri semenjak kecil, setelah dewasa orang tua sudah melepaskannya.

8.Trendi
Jika orang Barat lebih seneng sesuatu yang berbau traditional dan alami, kebalikannya kalau orang Asia belum disebut trendi kalau tidak bergaya ke barat-baratan, contoh : orang Timur lebih merasa gengsi kalau makan di tempat fast food, padahal dinegara asalnya makanan tersebut bisa dibilang makanan biasa saja.
9.Atasan/Bos
Ini yang menarik, orang Timur/Asia umumnya memperlakukan atasan lebih dari yang lainnya, dan sang atasannya pun senang diperlakukan seperti itu. Berbeda jika di Barat, atasan tidak terlalu menonjolkan diri sebagai yang punya kuasa penuh, tetap sejajar dengan bawahan, namun tetap punya kekuasaan dan diakui sebagai atasan.
10.MasaTua
Kalau orang Timur masa tua lebih banyak ngurusin cucu, kalau di Barat nggak ada namanya ngasuh cucu, paling banter sekedar ketemuan itu pun kalau kangen saja, karena hidupnya sudah masing-masing.
11. Transportasi
Dahulu orang Barat sewaktu muda lebih suka pakai mobil, sekarang malah lebih suka pakai sepeda, mungkin karena faktor pentingnya kesehatan berbeda dengan orang Timur, kalau dulu masih pakai sepeda (mampunya beli sepeda) sekarang sudah harus pakai mobil, kalau mampu lagi pakai supir pribadi.
12.Di tempat makan
Ditempat makan, kalau orang Barat cenderung tertib jika sedang makan, nggak rame dan seberisik orang Timur.
13.Wisata
Kalau lagi wisata, orang Timur paling suka foto-foto, sangat beda sama orang Barat, kalau ke tempat wisata mereka lebih suka mengamati keindahan suasana ketibang foto-foto.
14.Keindahan tubuh ideal
Orang Barat merasa ideal punya warna kulit tubuh kecoklat-coklatan, makanya sering berjemur dipantai, beda kalau orang Timur terutama orang Indonesia, malah sangat mendambakan warna kulit putih.
15.Menghadapi masalah
Kalau orang Timur lebih umum berpikiran bagaimana supaya bisa menghindari masalah, berbeda dengan orang Barat, bagaimana jika saya menghadapi suatu masalah. Makanya jangan heran kalau di Indonesia orang mau sukses ambil jalan pintas, mau bisnis sukses, main suap rekan bisnis, mau anak sukses jadi pegawai negeri, main suap sana suap sini, mau jadi caleg, asal punya duit jadi deh nomor urut 1, nggak sedikit yang datang ke dukun supaya lebih tercapai cita-cita jadi anggota dewan.
16.Marah
Kalau orang Barat lagi marah memang benar-benar marah, beda kalau orang Asia lebih banyak memedam amarah, terkadang ada istilah dibalik senyuman ada kebencian.
17.Percaya Diri
Suka tidak suka orang Barat lebih percaya diri dibanding orang Timur.
18.Hari Minggu
Orang Timur lebih suka menghabiskan waktu hari libur Sabtu dan Minggu pergi jalan-jalan sekedar pergi ke Mall, nonton bisokop, kongkow-kongkow, beda dengan orang Barat, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibanding pergi jalan-jalan.
19.Makan
Umumnya orang Barat makan dibagi 3, makan pembuka, makanan Utama, dan makanan penutup, beda kalau orang Timur ketiga-tiganya makanan utama.

Seorang seniman yang bernama Yang Liu yang lahir di China yang bersekolah di Jerman.Walau proses dari dua kebudayaan tersebut bebeda, tapi tujuan yang mereka capai sama yaitu untuk mensejahterakan kebudayaan masing-masing. Akan tetapi kelebihan dan kekurangan dari kedua kebudayaan tersebut hanya dapat dirasakan oleh pengikutnya

Budaya Tato Suku Dayak (Karya Tulis IBD)

 
Tugas Rangkuman Mata Kuliah Softskill
Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Eka Patriadi
Nama : Claudy Nindy Zulkifli
Kelas/NPM : 1KA06/11113957


Budaya Tato Suku Dayak

 
Tato atau rajah tubuh yang dulu asosiasinya selalu dikaitkan dengan dunia preman kini mulai digemari oleh berbagai kalangan baik itu laki-laki maupun perempuan. Tengok saja misalnya artis Tora Sudiro yang menato hampir sekujur badannya. Maka asosiasi tato yang semula begitu kental dengan dunia premanisme pun sekarang berubah menjadi sebuah karya seni tubuh yang indah.
Tetapi tahukah anda bahwa di kalangan suku Dayak, tato memiliki makna tersendiri yang sangat jauh dari kesan jok jagoan, atau sekedar gaya-gayaan apalagi sekedar untuk hiasan tubuh? Tato yang dibuat secara tradisional menggunakan duri dari pohon jeruk (seiring perkembangan zaman, sekarang menggunakan beberapa buah jarum sekaligus yang dikaitkan pada sebilah kayu) dengan tinta berupa jelaga yang di campur garam ini bagi masyarakat suku Dayak merupakan bagian dari tradisi, religi, bahkan untuk mencirikan tinggi rendahnya status sosial seseorang dan bisa pula sebagai bentuk penghormatan suku terhadap kemampuan seseorang.
Meskipun setiap sub suku Dayak memiliki aturan dan motif yang berbeda-beda satu sama lain tapi tujuan pembuatan tato sendiri sebenarnya memiliki kesamaan secara religi yaitu berfungsi sebagai obor atau penerangan dalam perjalanan seseorang menuju alam keabadian, setelah kematian. Jadi, semakin banyak tato yang terdapat di tubuh seseorang maka semakin teranglah jalan menuju alam keabadian itu.
Walaupun begitu, bukan berarti setiap orang bisa membuat tato semaunya di tubuh mereka karena bagi masyarakat Dayak tato tidak di bisa buat sembarangan. Ada aturan-aturan tertentu yang harus dipatuhi sebelum seseorang membuat tato di tubuhnya, seperti pilihan motif tatonya, dan juga penempatan tato dibagian tubuh. Orang yang akan di tato tidak bisa asal memilih motif yang diinginkannya maupun bagian tubuh yang mana yang ingin ia tato karena sebelumnya harus terlebih dahulu tunduk pada aturan-aturan adat. Setiap sub suku di Dayak memiliki aturan-aturan tersendiri mengenai tato. Bahkan ada pula sub suku Dayak yang tak memiliki tradisi tato sama sekali.
Di bawah ini saya uraikan secara singkat beberapa motif yang biasa di pakai oleh sub suku Dayak untuk tato mereka berikut hal apa saja yang harus dilakukan orang yang bersangkutan sebelum mendapat motif tato tersebut.
Dayak Kenyah dan Dayak Kayan (Kalimantan Timur)
Bagi kedua sub suku ini banyaknya tato yang ada di tubuh mereka adalah berbanding lurus dengan seberapa jauh dan seringnya mereka mengembara. Dan karena setiap kampung memiliki motif tato yang beragam maka bila banyaknya motif ragam tato yang menempel di tubuh mereka itu artinya yang bersangkutan telah mengembara cukup jauh. Pengembaraan yang dilakukan oleh suku ini biasanya dilakukan dengan berjalan kaki dan dalam waktu yang bisa berbulan-bulan karena mengingat jauhnya jarak antar kampung yang ada di wilayah Kalimantan. Sedangkan Di kalangan masyarakat dayak Kenyah, motif yang lazim untuk kalangan bangsawan (paren ) adalah burung enggang yakni burung endemik Kalimantan yang dikeramatkan.
Pada suku Kayan tidak hanya laki-laki yang bisa memiliki tato tapi perempuan pun lazim memilikinya di tubuh mereka. Tapi berbeda dengan laki-laki yang biasanya harus mengembara terlebih dahulu dan tato adalah sebagai bentuk penghargaan atas apa yang telah dilakukannya, maka pada tubuh perempuan (Biasanya di kaki, paha, atau tangan) suku Dayak Kayan tato ini lebih bermotif religius, ada tiga macam tato yang biasanya disandang perempuan suku Kayan, antara lain tedak kassa, yakni meliputi seluruh kaki dan dipakai setelah dewasa. Tedak usuu, tato yang dibuat pada seluruh tangan dan tedak hapii pada seluruh paha.
Sementara di suku Dayak Kenyah, pembuatan tato pada perempuan dimulai pada umur 16 tahun atau setelah haid pertama. Untuk pembuatan tato bagi perempuan, dilakukan dengan upacara adat disebuah rumah khusus. Selama pembuatan tato, semua pria tidak boleh keluar rumah. Selain itu seluruh keluarga juga diwajibkan menjalani berbagai pantangan untuk menghindari bencana bagi wanita yang sedang di tato maupun keluarganya.
Bagi perempuan Dayak memiliki tato dibagian paha status sosialnya sangat tinggi dan biasanya dilengkapi gelang di bagian bawah betis. Tato sangat jarang ditemukan di bagian lutut. Meski demikian ada juga tato di bagia lutut pada lelaki dan perempuan yang biasanya dibuat pada bagian akhir pembuatan tato dibadan. Tato yang dibuat diatas lutut dan melingkar hingga ke betis menyerupai ular, sebenarnya anjing jadi jadian atau disebut tuang buvong asu.
Dayak Iban
Adapun bagi Dayak Iban, kepala suku beserta keturunanya ditato dengan motif sesuatu yang hidup di angkasa. Selain motifnya terpilih, cara pengerjaan tato untuk kaum bangsawan biasanya lebih halus dan sangat detail dibandingkan tato untuk golongan menengah ( panyen ).
Disamping ketiga sub suku Dayak di atas sebenarnya masih ada motif tato lainnya yang antara lain motif tato yang berkaitan dengan kebiasaan mengayau (Memenggal kepala) dalam satu peperangan. Tapi karena kebiasaan mengayau ini sudah tidak lagi dilakukan maka motif-motif seperti ini hampir tak pernah lagi di pakai. Dan atau tradisi tato bagi suku Dayak yang bermukim di perbatasan Kalimantan - Serawak, mereka menato jari-jari tangan mereka sebagai ciri bahwa suku tersebut ahli dalam hal pengobatan. Maka jika anda melihat banyak tato di sekitar tangan mereka maka itu bisa dipastikan bahwa yang bersangkutan sangat ahli dalam hal pengobatan.

Sekilas Catatan Tentang Budaya SUKU BADUY (Karya Tulis IBD)

Tugas Rangkuman Mata Kuliah Softskill
Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Eka Patriadi
Nama : Claudy Nindy Zulkifli
Kelas/NPM : 1KA06/11113957



Sekilas Catatan Tentang Budaya SUKU BADUY


Adat Istiadat Suku Baduy Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan “Baduy” merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau “orang Kanekes” sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).

Wilayah

Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Wilayah yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut (DPL) tersebut mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 45%, yang merupakan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan). suhu rata-rata 20°C.

Bahasa

Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes ‘dalam’ tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.

Asal Usul

Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.

Pendapat mengenai asal-usul orang Kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mendasarkan pendapatnya dengan cara sintesis dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, serta cerita rakyat mengenai ‘Tatar Sunda’ yang cukup minim keberadaannya. Masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang sebelum keruntuhannya pada abad ke-16 berpusat di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang). Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, wilayah ujung barat pulau Jawa ini merupakan bagian penting dari Kerajaan Sunda. Banten merupakan pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung dapat dilayari berbagai jenis perahu, dan ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi dari wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasa wilayah tersebut, yang disebut sebagai Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa kelestarian sungai perlu dipertahankan. Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan yang sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat Baduy yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut (Adimihardja, 2000). Perbedaan pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa pada masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas Baduy sendiri dari serangan musuh-musuh Pajajaran.

Van Tricht, seorang dokter yang pernah melakukan riset kesehatan pada tahun 1928, menyangkal teori tersebut. Menurut dia, orang Baduy adalah penduduk asli daerah tersebut yang mempunyai daya tolak kuat terhadap pengaruh luar (Garna, 1993b: 146). Orang Baduy sendiri pun menolak jika dikatakan bahwa mereka berasal dari orang-oraang pelarian dari Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Menurut Danasasmita dan Djatisunda (1986: 4-5) orang Baduy merupakan penduduk setempat yang dijadikan mandala’ (kawasan suci) secara resmi oleh raja, karena penduduknya berkewajiban memelihara kabuyutan (tempat pemujaan leluhur atau nenek moyang), bukan agama Hindu atau Budha. Kebuyutan di daerah ini dikenal dengan kabuyutan Jati Sunda atau ‘Sunda Asli’ atau Sunda Wiwitan (wiwitann=asli, asal, pokok, jati). Oleh karena itulah agama asli mereka pun diberi nama Sunda Wiwitan. Raja yang menjadikan wilayah Baduy sebagai mandala adalah Rakeyan Darmasiksa.

Ada versi lain dari sejarah suku baduy, dimulai ketika Kian Santang putra prabu siliwangi pulang dari arabia setelah berislam di tangan sayyidina Ali. Sang putra ingin mengislamkan sang prabu beserta para pengikutnya. Di akhir cerita, dengan ‘wangsit siliwangi’ yang diterima sang prabu, mereka berkeberatan masuk islam, dan menyebar ke penjuru sunda untuk tetap dalam keyakinannya. Dan Prabu Siliwangi dikejar hingga ke daerah lebak (baduy sekarang), dan bersembunyi hingga ditinggalkan. Lalu sang prabu di daerah baduy tersebut berganti nama dengan gelar baru Prabu Kencana Wungu, yang mungkin gelar tersebut sudah berganti lagi. Dan di baduy dalamlah prabu siliwangi bertahta dengan 40 pengikut setianya, hingga nanti akan terjadi perang saudara antara mereka dengan kita yang diwakili oleh ki saih seorang yang berupa manusia tetapi sekujur tubuh dan wajahnya tertutupi oleh bulu-bulu laiknya monyet.dan ki saih ini kehadirannya di kita adalah atas permintaan para wali kepada Allah agar memenangkan kebenaran.

Kepercayaan

Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari ‘pikukuh’ (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep “tanpa perubahan apapun”, atau perubahan sesedikit mungkin:

Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)

Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.

Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya puun yang merupakan ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen (Permana, 2003a).

Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam.

Kelompok Masyarakat Suku Baduy

Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001). Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik). Ciri khas Orang Baduy Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Kelompok masyarakat panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Baduy Luar, yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Baduy Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. Apabila Baduy Dalam dan Baduy Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka “Baduy Dangka” tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar (Permana, 2001).

Struktur Pemerintahan

Masyarakat Kanekes mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional, yang mengikuti aturan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan sistem adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat. Kedua sistem tersebut digabung atau diakulturasikan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perbenturan. Secara nasional penduduk Kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada di bawah camat, sedangkan secara adat tunduk pada pimpinan adat Kanekes yang tertinggi, yaitu “puun”. Struktur pemerintahan secara adat Kanekes adalah sebagaimana tertera pada

Pemimpin adat tertinggi dalam masyarakat Kanekes adalah “puun” yang ada di tiga kampung tangtu. Jabatan tersebut berlangsung turun-temurun, namun tidak otomatis dari bapak ke anak, melainkan dapat juga kerabat lainnya. Jangka waktu jabatan puun tidak ditentukan, hanya berdasarkan pada kemampuan seseorang memegang jabatan tersebut.

Pelaksana sehari-hari pemerintahan adat kapuunan (kepuunan) dilaksanakan oleh jaro, yang dibagi ke dalam empat jabatan, yaitu jaro tangtu, jaro dangka, jaro tanggungan, dan jaro pamarentah. Jaro tangtu bertanggung jawab pada pelaksanaan hukum adat pada warga tangtu dan berbagai macam urusan lainnya. Jaro dangka bertugas menjaga, mengurus, dan memelihara tanah titipan leluhur yang ada di dalam dan di luar Kanekes. Jaro dangka berjumlah 9 orang, yang apabila ditambah dengan 3 orang jaro tangtu disebut sebagai jaro duabelas. Pimpinan dari jaro duabelas ini disebut sebagai jaro tanggungan. Adapun jaro pamarentah secara adat bertugas sebagai penghubung antara masyarakat adat Kanekes dengan pemerintah nasional, yang dalam tugasnya dibantu oleh pangiwa, carik, dan kokolot lembur atau tetua kampung (Makmur, 2001).

Mata Pencaharian

Sebagaimana yang telah terjadi selama ratusan tahun, maka mata pencaharian utama masyarakat Kanekes adalah bertani padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian dan asam keranji, serta madu hutan.

Instreraksi dengan Masyarakat Luar Baduy
Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya Kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba ke Kesultanan Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat), melalui bupati Kabupaten Lebak. Di bidang pertanian, penduduk Baduy Luar berinteraksi erat dengan masyarakat luar, misalnya dalam sewa menyewa tanah, dan tenaga buruh.

Perdagangan yang pada waktu yang lampau dilakukan secara barter, sekarang ini telah mempergunakan mata uang rupiah biasa. Orang Kanekes menjual hasil buah-buahan, madu, dan gula kawung/aren melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.

Pada saat ini orang luar yang mengunjungi wilayah Kanekes semakin meningkat sampai dengan ratusan orang per kali kunjungan, biasanya merupakan remaja dari sekolah, mahasiswa, dan juga para pengunjung dewasa lainnya. Mereka menerima para pengunjung tersebut, bahkan untuk menginap satu malam, dengan ketentuan bahwa pengunjung menuruti adat-istiadat yang berlaku di sana. Aturan adat tersebut antara lain tidak boleh berfoto di wilayah Baduy Dalam, tidak menggunakan sabun atau odol di sungai. Namun demikian, wilayah Kanekes tetap terlarang bagi orang asing (non-WNI). Beberapa wartawan asing yang mencoba masuk sampai sekarang selalu ditolak masuk.

Pada saat pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, orang Baduy juga senang berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan syarat harus berjalan kaki. Pada umumnya mereka pergi dalam rombongan kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 orang, berkunjung ke rumah kenalan yang pernah datang ke Baduy sambil menjual madu dan hasil kerajinan tangan. Dalam kunjungan tersebut biasanya mereka mendapatkan tambahan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Sekilas Budaya Bali ( karya Tulis IBD)

Tugas Rangkuman Mata Kuliah Softskill
Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Eka Patriadi
Nama : Claudy Nindy Zulkifli
Kelas/NPM : 1KA06/11113957


 Sekilas Budaya Bali

 SEJARAH
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti "Kekuatan", dan "Bali" berarti "Pengorbanan" yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik.

DESKRIPSI LOKASI
  Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil yang beribu kota Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tempat tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan. Suku bangsa Bali dibagi menjadi 2 yaitu: Bali Aga (penduduk asli Bali biasa tinggal di daerah trunyan), dan Bali Mojopahit (Bali Hindu / keturunan Bali Mojopahit).

UNSUR – UNSUR BUDAYA

A. BAHASA
Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali di bagi menjadi 2 yaitu, bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Mojopahit.yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus.

B. PENGETAHUAN
Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan social yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan social tersebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar dikepalahi oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan,tetapi sering kali juga harus memecahkan soal-soal yang mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang sifatnya administrasi pemerintahan.

C. TEKNOLOGI
Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.

D. ORGANISASI SOSIAL
a). Perkawinan
Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah pada patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi suatu penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak wanita.
Di beberapa daerah Bali ( tidak semua daerah ), berlaku pula adat penyerahan mas kawin ( petuku luh), tetapi sekarang ini terutama diantara keluarga orang-orang terpelajar, sudah menghilang.
b). Kekerabatan
Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai pemimpin keagamaan.
c). Kemasyarakatan
Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.

E. MATA PENCAHARIAN
Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan.

F. RELIGI
Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari India.

Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.

Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni : (1).tattwa (filsafat agama), (2). Etika (susila), (3).Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu (1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa. (2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur. (3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga.(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta. (5). Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia.

G. KESENIAN
Kebudayaan kesenian di bali di golongkan 3 golongan utama yaitu seni rupa misalnya seni lukis, seni patung, seni arsistektur, seni pertunjukan misalnya seni tari, seni sastra, seni drama, seni musik, dan seni audiovisual misalnya seni video dan film.

NILAI-NILAI BUDAYA
1. Tata krama : kebiasaan sopan santun yang di sepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia di dalam kelompoknya.
2. Nguopin : gotong royong.
3. Ngayah atau ngayang : kerja bakti untuk keperluan agama.
4. Sopan santun : adat hubungan dalam sopan pergaulan terhadap orang-orang yang berbeda sex.

Selasa, 28 Januari 2014

Tawuran di kalangan pelajar (Karya tulis ISD)

Tugas Rangkuman Mata Kuliah Softskill
Ilmu Sosial Dasar
Dosen : Heri Suprapto
Nama : Claudy Nindy Zulkifli
Kelas/NPM : 1KA06/11113957
 
Dalam kamus Bahasa Indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang.Sedangkan “Pelajar” adalah seorang manusia yang belajar.Sehingga Pengertian Tawuran Pelajar adalah Perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar.
Jadi Tawuran secara luas adalah tindakan agresi(perkelahian) yang dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompo lainnya yang dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan/menyakiti orang lain bahkan merusak.
2.2
Perilaku tawuran yang dilakukan oleh generasi muda tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba pasti ada akar permasalahan atau sebabnya.Maka adapun faktor-faktor umum penyebabnya antara lain :
·         Menurut penelitian yang dilakukan oleh A.Christakis,MD,MPH dan Frederick Zimmerman,Phd menyimplukan bahwa perilaku agresi yang dilakukan generasi muda sangat berhubungan dengan kebiasaannya dalam menonton tayangna televisi.Kalau berdasarkan penelitian yang ada maka sudah sangat wajar kalau banyak pelajar yang melakukan tawuran karena ini berbanding dengan banyaknya tayangan televisis yang menayangkan tindakan kekerasan(tawuran).Fakta yang terjadi bahwa generasi muda disajikan dengan tontonan tentang kekerasan sehingga bisa saja timbul pemikiran untuk meniru dan juga timbul pemikiran bahwa siapa yang kuat dia yang menang.
·         Buruknya Lingkungan sosial sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang . Sehingga apabila seseorang tinggal dilingkungan yang sehat maka tingkah lakunya pun akan baik sebaliknya apabila lingkungannya tidak mendukung dan banyak pelaku penyimpangan maka secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan tingkah laku individu ataupun kelompok.
·         Kurangnya perhatian dari orang-orang di sekita mereka seperti orang tua,guru membuat mereka bebas dan bisa melakukan segala hal sesuka hati mereka.
·         Faktor ekonomi yang pas-pasan bahkan cenderung kurang juga menjadi penyebab.Mereka bisa melampiaskan segala ketidakberdayaannya itu lewat aksi tawuran atau perkelahian .Mereka tidak ingin dianggap rendah mereka ingin menunjukan eksistensinya atau keberadaan mereka ditengah orang-orang disekelilingnya.
·         Ketidakstabilan emosi para generasi muda yang cebderung mudah marah,egois bisa menyebabkan frustasi,sulit mengendalikan diri dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar bisa mendorong mereka melakukan aksi tawuran.Dimasyarakat,khususnya dikalangan generasi muda seolah-olah berlaku pemeo “senggol-bacok”.Menunjukan bahwa emosi seorang remaja masih belum stabil mudah tersinggung sehingga mengundang pihak lawan.
·         Permasalahan yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah penyebab pelajar tersebut bermusuhan.Sehingga,pada suatu waktu akan ada moment dimana masalah antara kedua belah pihak tidak bisa dibendung lagi sehingga terjadilah aksi tawuran tersebut.
2.3
Aksi tawuran tentu menimbulkan berbagai macam dampak yang tentunya merugikan diri sendiri maupun orang lain diantaranya:
·         Kerugian Fisik
Pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban.Baik itu cedera ringan maupun cedera berat bahkan bisa saja sampi mengakibatkan kematian.
·         Tawuran mengakibatkan dendam yang berkepanjangan bagi para pelaku yang terlibat didalmnya sehingga di lain waktu kejadian yang sama bisa terulang kembali.
·         Masyarakat sekita juga ikut dirugikan misalnya saja rusaknya rumah warga dikarenakan ada oknum yang melempari batu sehingga mengenai rumah warga.
·         Proses belajar mengajar menjadi tidak efektif karena bisa saja mereka melakukan tawuran pada jam sekolah sehingga mengakibatkan mereka sampai bolos.Tentu akan menggagu prose belajar-mengajar.
·         Hilangnya perasaan peka,toleransi,tenggang rasa dan saling menghargai antar sesama generasi muda.Mereka lebih mementigkan pribadi masing-masing dan ingin lebih baik dari pada kelompok lain dalam segala hal.
·         Remaja yang melakukan tawuran tentu lebih senang melakukan hal-hal yang negatif dari pada hal yang positif sehingga menurunya moralitas generasi muda.Peran moral sudah tidak ada lagi melainkan peran kepentngan yang lebih dominan.
 2.4
Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengurangi aksi tawuran :
1.      Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar . Pelajaran agama di sekolah ataupun bangku kuliah harus lebih di fokuskan sejak dini kepada generasi muda sekarang agar dapat membentengi mereka dari hal yang negatif,khusunya dalam agama Islam , islam tidak pernah mengajarkan kekerasan dalam kehidupan,semua permasalahn bisa diselesaikan secara terbuka tanpa adanya kekerasan.
2.      Menghadirkan seorang figur yang baik yang bisa dijadikan teladan bagi anak-anaknya conntohnya orang tua,guru sebaiknya memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya sehingga mereka akan meniru hal-hal yang baik pula.
3.      Memfasilitasi para pelajar baik dirumah maupun disekolah serta di bangku perguruan tinggi.Dalam artian terdapat lembaga/wadah untuk menyalurkan potensi dan bakat yang ada pada generasi muda untuk mengisi waktu luangnya ke arah yang bermanfaat sekaligus mendidik dan tentunya menjauhkan dari hal yang berbau anarkisme.

Berkembangnya Budaya barat Akibat Globalisasi Dalam Budaya Indonesia (karya tulis ISD)

Tugas Rangkuman Mata Kuliah Softskill
Ilmu Sosial Dasar
Dosen : Heri Suprapto
Nama : Claudy Nindy Zulkifli
Kelas/NPM : 1KA06/11113957

Berkembangnya Budaya barat Akibat Globalisasi Dalam Budaya Indonesia
A. Globalisasi di Indonesia
Negara Indonesia memiliki beragam adat serta budaya dari suku bangsa dan adat istiadat yang membaur menjadi satu bagian kemajemukan, sehaingga semua itu perlu dipertahankan juag dilestariakan.
Globalisasi itu merupakan suatu proses terbentuknya system organisasi dan komnikasi antar masyarakat di seluruh dunia. Dalam hal ini masyarakat kita di Indonesia sudah memulai namanya transformasi total kehidupan tradisional kemodern.Intitusi social tradisional memiliki fungsi seperti hokum adat, kearifan local maupun norma yang dahulu menjadi mekanisme survie / pertahanan masyarakat local dalam menghadapi berbagai persoalan telah terpinggirkan oleh kekuatan pemerinath sehingga ikatan socialpun melemah.
Globalisasi satu sisi membawa pada perkembangan yang semakin manusiawi tetapi di sisi lain melahirkan budaya yang terkadang memaksa. Gobalisasi yang sangat berpengaruh dalam perubahan budaya di Indonesia adalah masuknya budaya barat kedalam kebudayaan timur yang diman dalam hal ini adalah Indonesia. Pada mulanya budaya ini belum mempengaruhi semua lapisan masyarakat karena pada saat ini berlaku system kasta yang tidak memungkinkan kalangan masyarakat bawah untuk mengadopsi budaya ini (Matroji, 2006 : 122).
Dalam pengaruhnya budaya barat yang sekarang sering disebut budaya modern yang memberikan suatu pengaruh dalam berpakaian, juga memberikan pengruh dalam pergaulan yang masuk ke pendidikan dan gaya hidup. Sebagi subyeknya adalah para remaja.

B. Faktor Pendukung Perkembangan Budaya Barat Di Indonesia
Banyak factor yang menyebabkan remaja menyerap budaya barat antara lain:
1. Faktor Internal
Pada saat ini generasi muda memiliki semangat dan potensi yang tinggi. Selain potensi generasi muda memilki rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya, seperti masuknya budaya barat.
Sebagai contoh, ketika berkembangnya system belajr yang menyenangakan atau disebut Quantum Learning yang cenderung membawa pengaruh positif bagi generasi muda.
Selain itu juga ketika berkembangnya budaya barat di Indonesia seperti clubbing di kota-kota besar sebagian besar remaja merasa tertarik untuk mencoba sehingga ketika sudah merasakkan kelebihannya perbuatan it uterus dilakukan.
2. Faktor Eksternal
Dalam perkembangan budaya barat dipengaruhi oleh berbagai factor eksternal yaitu:
a. Keluarga
Keluarga berperab penting dalam membimbing remaja untuk menentukan yang baik dan tidak baik ntuk dilakukan, serta berfungsi sebagi peran penting utama dalam sebuah keluarga, sehingga keluarga berfungsi sebagimana mestinya.
b. Koneksi Lingkungan
Lingkungan turut mempengaruhi budaya barat, budaya ini cenderung berkembang pesat di kota-kota besar, sehingga masyarakat yang ada di kota besar mudah terpengaruh serta di dukung oleh system hidup yang terbuka terhadap budaya asing.
c. Perkembangan Teknologi dan Media Masa
Perkembangan teknologi yang tidak pernah berhenti, menudahkan para remaja dalam mengadaptasi budaya asing
Begitu juag dengan perkembangan media masa terutama media masa elektronik yang memberiak tanyanan yang beu budaya barat yang dimana tanyaan budaya timur mlai hilang. Padahal budaya timur merukan budaya yang sopan dalam berbagi hal dan bias memberiaka tanyangan yang bermanfaat dalam kehidupan.
Seorang peneliti brnema Dawyer menyimpulkan secar umm orang akan mengingat 85% dariyang mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian, dan 655 setelah 3 hari kemudian ( Solihin, 2003:136). Hai ini mempermudah para remaja untuk mengadaptasi budaya barat yang bukan budaya asli Indonesia.

C. Dampak Positif dan Negatif dari Perkembangan budaya barat di Indonesia
1. Dampak positif dari pengaruh perkembangan budaya barat
a) Mengubah Sistem Belajar
Pola belajar yang monoton kini telah diganti oleh sisiem pembelajarn yang disebut Enjoy Learning. System ini telah ditetapkan di sekolah di Indonesia dengan system ini para generasi muda lebih giat belajar sehingga bagi mereka merupakan suatu kebutuhan yang menyenangkan.

b) Memudahkan Jalur Komunikasi dan Informasi
Budaya barat masuk ke Indonesia telah membawa teknologi yang bermanfaat bagi perkembangan teknologi Indonesia. Contohnya TV, telepon seluler, dan lain-lain. Jika jaman dulu orang harus menungu lama untuk mengetahui suatu informasi maka saat ini tidak perl takut karena ada internet yang mempermudah untuk mengetahui segala informasi yang ada di dunia ini. Dengan adanya perkembangan teknologi memperlancar komunikasi dan informasi terutama di Indonesia.
c) Mengembangkan IPTEK
Dengan adanya pengembangan system belajar serta lancarnya komunikasi dan infomasi memudahkan para generasi muda dalam mendapatkan informasi terbaru mengenai perkembangan IPTEK di Negara ini. Sehingga akan dihasilkan generasi muda Indonesia yang cerdas untuk membangun bangsa.

2. Dampak negatifdari pengaruh perkembangan budaya barat
a) Perubahan gaya hidup remaja
Gaya hidup yang hura-hura di kalangan remaja barat kini telah diadopsi oleh para remaja timur terutama remaja di Indonesia. Mereka menghabiskan hidupnya hanya untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan, berpesta pra dan menghabiskan waktu dengan sia-sia
b) Pergaulan bebas
Dalam pergaulan budaya barat tidak memiliki suatu batasan antara pri adengan cewek yang sangat berbeda dengan budaya timur yang memiliki batsan kesopanan dalam pergaulan.
Semua hal tentang sopan santun ini mulai hilang dengan pengaruh dari media yang sangat kuat membuat generasi muda melakukkan hal yang sama dengan remaja barat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lemabaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serat Pusat Penelitian dan Humaniora (LSCK PUSBIH) selama 3 tahun mulai juli 2002, dengan melibatkan sekitar 1660 responden dari 16 perguruan tinggi negeri dan suasta di Yogyakarta, diperoleh data bahwa 97,05% mahasiswinya sudah kehilangan keperawanannya pada saat kuliah (Solihin, 2003 : 39), hal ini di dukung oleh kos yang tidak ada control dari pemilik kos
c) Hilangnya rasa bangga terhadap budaya timur
Sebagian besar generasai muda telah kehilangan jati dirinya sebagai bangsa timur. Hal ini terjadi kerena tidak ada lagi rasa bangga terhadap budaya timur. Seorang remaja yang hanya di rumah, mebaca buku di perpustakaan, patuh terhadap orangtua dianggap sebangai orang norak, kuno dan kurang pergaulan.
Sebaliknya, remaj yang hidupnya hura-hura, tidak patuh dengan perintah orangtua dianggap sebagai Dewa pergaulan. Sehingga remaj yang merubah gaya hidup demi pergaulan ( Ilmu, 2007 : 16).

D. Penanggulangan Dampak negative Budaya Barat
Dalam menangani dampak negative antara lain:
1. Remaja harus bias memilah dan menyaring perkembangan budaya saat ini, jangan menganggap semua pengaruh yang berkembang saat ini semuanya baik karena belum pasti buday asing atau budaya barat tersebut diterima dan dianggap baik oleh buday timur kita.
2. Para orangtua sebaiknya lebih mendekatkan diri kepada anaknya sehingga pergaulan anaknya bisa terkontrol dengan baik.
3. Pemerintah lebih tegas terhadap peraturan, khususnya penyimpangan perilaku akibat budaya asing.

Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan (karya tulis ISD)

Tugas Rangkuman Mata Kuliah Softskill
Ilmu Sosial Dasar
Dosen : Heri Suprapto
Nama : Claudy Nindy Zulkifli
Kelas/NPM : 1KA06/11113957
 
Pada awal-awal pokok bahasan ilmu sosial dasar, telah saya bahas tentang pengertian masyarakat dan penduduk. Sebagai review saja, saya akan menyebutkan definisi dari masyarakat. Masyarakat merupakan kelompok individu-individu yang saling melakukan interaksi dalam kehidupan mereka terutama melakukan interaksi sosial yang berkembang dalam cakupan wilayah tertentu yang cukup luas. Untuk menjadi bagian dari masyarakat, terlebih dahulu pastinya kita menjadi penduduk dari suatu negara dimana kita hidup, tinggal, berkembang biak, berinteraksi, dll dalam masyarakat. Masyarakat umumnya dibagi menjadi 2, yaitu masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan.
MASYARAKAT PERKOTAAN
 
Well... Saat ini saya tinggal di Kota Depok. Hidup di Depok, berinteraksi sosial di Depok juga.  Kota Depok bagi saya merupakan kota satelit penghubung dengan DKI Jakarta, yang notabene adalah kawasan/wilayah perkotaan terbesar di Indonesia. Dapat disimpulkan saya merupakan masyarakat perkotaan yang tinggal di dalam suatu kota. Lalu apa sebenarnya definisi dari masyarakat perkotaan? Masyarakat perkotaan menurut pribadi saya adalah kumpulan/kelompok penduduk-penduduk atau masyarakat yang saling berhubungan sosial dalam kehidupan bermasyarakat didalam cakupan wilayah yang luas dalam bentuk suatu perkotaan. Masyarakat perkotaan biasanya mempunyai gaya hidup yang berbeda dengan masyarakat lainnya seperti masyarakat pedesaan, antara lain:
  1. Masyarakat cenderung heterogen dalam berbagai bidang.
  2. Pola perilaku masyarakat lebih kearah perorangan (individu) atau individualistis.
  3. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak terjadi.
  4. Terjadi banyak sekali perubahan-perubahan sosial yang realistis dimana merupakan efek dari globalisasi pengaruh luar.
  5. Kehidupan beragama di kota lebih kecil atau berkurang daripada kehidupan beragama di desa.
  6. Jam kerja masyarakat perkotaan lebih detail dan tegas, menuntut ketelitian demi mengejar kepentingan sendiri.
MASYARAKAT PEDESAAN
 
Selain masyarakat yang tinggal di kota dan biasanya disebut masyarakat perkotaan, ada juga masyarakat yang tinggal di desa dan biasanya disebut masyarakat perdesaan. Apa sih desa itu? Dan apa juga yang dimaksud masyarakat pedesaan? Sepertinya kalian juga sudah tahu bahwa desa adalah suatu wilayah dalam negara yang merupakan kumpulan dari beberapa pemukiman kecil yang disebut kampung. Orang yang tinggal di desa biasanya disebut orang desa, tetapi ada juga orang kota yang meyebut orang desa dengan kata orang udik. Sebenarnya kata desa dan udik mempunyai definisi yang sama. Desa biasanya dihuni 2.500 jiwa. Kemudian mempunyai interaksi dalam kehidupannya, dan juga biasanya mempunyai kebiasaan antar masyarakat yang sama.
Masyarakat yang tinggal di pedesaan disebut juga masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan itu menurut saya adalah kumpulan individu-individu sebagai penduduk yang mempunyai ikatan sebagai warga desa yang hidup sesuai norma agama, sosial, dan budayanya. Perilaku masyarakat desa tidak sama dengan perilaku atau ciri-ciri masyarakat kota. Beberapa ciri-ciri masyarakat desa antara lain:
  1. Masyarakat cenderung homogen dalam berbagai hal baik agama, adat istiadat, mata pencaharian, dan sebagainya.
  2. Sebagian besar masyarakat pedesaan bekerja sebagai petani atau pekebun.
  3. Sangat memeliki rasa kekeluargaan yang tinggi.
  4. Keyakinan kehidupan beragama lebih tinggi dari masyarakat kota.

PERBEDAAN MASYARAKAT PERKOTAAN dan MASYARAKAT PERKOTAAN
 
Pada dasarnya awal mula masyarakat perkotaan merupakan masyarakat pedesaan yang berpindah atau urban ke kota. Dan kemudian masyarakat pedesaan tersebut terpengaruh oleh sifat dan gaya hidup masyarakat perkotaan dan cenderung lupa dengan sifat-sifat masyarakat pedesaan. 

Masyarakat pedesaan biasanya mempunya sifat-sifat yang berbeda dengan masyarakat perkotaan. Sifat orang-orang desa antara lain adalah cenderung sederhana, mempunyai rasa kekeluargaan yang kuat, berbicara apa adanya dan jujur, saling menghargai, menghormati orang lain, dan menaati peraturan dan norma-norma yang berlaku pada desanya.

Berbeda dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan itu sangat heterogen, bersifat individualistis, cenderung tidak membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, kehidupan beragama masih kurang dan masih banyak lagi yang kita sendiri orang kota pasti mengetahuinya.

Tetapi ada hubungan timbal balik yang disediakan oleh pedesaan maupun perkotaan. Seperti banyak orang-orang dari desa pergi ke kota untuk mencari nafkah dan kehidupan yang layak untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dan juga orang-orang kota pergi ke desa untuk menenangkan diri dari penatnya kehidupan di kota dan terbebas dari segala rutinitas pekerjaan mereka.

AGAMA DI INDONESIA

Tulisan Softskill
Bahasa Indonesia 2
Dosen           : Sangsang Sangabakti
Nama/NPM    : Claudy Nindy/11113957
Kelas             : 3KA09
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Fungsi Agama

Dalam kehidupan bermasyarakat, agama merupakan aspek yang sangat besar pengaruhnya dan sangat dalam dalam kehidupan bermasyarakat. Kita tidak dapat mengabaikan kehadirannya diantara kehidupan kita. Kenapa? Karena agama seperti yang kita semua ketahui, merupakan petunjuk kebenaran, penuntun moral kita, dan juga mengatur masyarakat untuk mencipatakan kerukunan dalam keberagaman masyarakat yang majemuk dan membentuk masyarakat ideal dan madani. Dalam masyarakat, sudah kita tahu bahwa terdapat berbagai perbedaan dalam baik segi agama/kepercayaan dan pandangan hidup. Tidak jarang masalah-masalah dan perselisihan terjadi akibat perbedaan-perbedaan ini. Nah disinilah peran agama terlihat sebagai pengatur masyarakat agar tetap menghormati dan menghargai aturan dan moral yang berlaku.

Tetapi, terkadang terjadi penyelewengan yang terjadi dengan mengatasnamakan agama. Siapa dalangnya? Bukan pemimpun/elite agama. Melainkan, politisi-politisi yang menyalurkan misi-misi agama melalui jalur politik. Fungsi agama yang mestinya itu dijadikan pedoman untuk menyatukan masyarakat, berdisfungsi menjadi alat mengembangkan kekuasaan untuk menjadikan masyarakat terpecah belah. Akibat politisasi agama ini, seharusnya para pemuka agama dan ulama beserta anggota organisasi-organisasi agama, harus bisa meluruskan kembali nilai-nilai agama yang sebenarnya.


Agama, Konflik, dan Masyarakat



Utamanya agama merupakan pemodan yang memberi peranan positif bagi masyarakat untuk menciptakan kerukunan antar masyarakat dan akhirnya tertanam rasa persaudaraan yang kuat antar anggota masyarakat. Tetapi dibalik sisi positif agama, terdapat sisi yang lain yang bersifat cenderung negatif karena merupakan pemicu terjadinya konflik antar masyarakat beragama. Khususnya di Indonesia.

Wajar bila pihak-pihak yang beragama mempunyai pandangan hidup yang tidak sama antar umat beragama. Setiap individu itu punya jalan tentang ajaran agamanya. Kemudian kita sebagai individu itu terkadang menilai secara subjektif nilai dari agamanya sendiri. Karena perbedaan cara pandang tersebut, yang terlalu subjektif, menyebabkan adanya konflik yang terjadi antar anggota masyarakat beragama. Kemudian adanya perbedaan suku dan ras antar pemeluk agama juga merupakan salah satu penyebab lain yang menimbulkan perpecahan antar anggota masyarakat.

Contohnya saja konflik agama antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera. Suku aceh yang mayoritas Islam dan Suku Batak yang beragama kristen dalam kehidupannya terjadi ketegangan dan tidak jarang sampai ke fisik. Tentu saja ini sangat mengerikan dan mengacaukan ketentraman dan keamanan umat beragama.

Sayangnya, kita lebih suka memposisikan agama di posisi yang lain: yaitu di panggung atau di kobaran bendera, bukan meresapi agama tersebut dan meletakkannya di relung hati kita.